Penularan HIV Dan Faktor Risiko

Pada dasarnya, penularan HIV jauh lebih sulit daripada yang dipikirkan oleh kebanyakan orang.

Berkat kerja keras para ilmuwan dan peneliti selama bertahun-tahun, saat ini kita memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap cara penularan HIV dari orang ke orang.

Sayangnya, sebagian besar masyarakat kita masih berpegang teguh pada mitos-mitos usang yang berbahaya mengenai penularan HIV.

Dalam survei baru-baru ini, 28% generasi milenial dan Gen Z mengatakan mereka enggan memeluk, berbicara, atau bahkan berhubungan dengan seseorang yang hidup dengan HIV — terlepas dari kenyataan bahwa tidak ada risiko penularan HIV dari perilaku tersebut.

Survey ini dilakukan oleh Prevention Access Campaign dan perusahaan farmasi Merck di Amerika Serikat dan dilaporkan pada 2019 lalu dengan judul Owning HIV: Young Adults and the Fight Ahead.

Siaran pers hasil survey dapat dilihat di sini.

Kita patut bersyukur karena perkembangan ilmu pengetahuan seperti saat ini dapat menangkal informasi yang salah tentang cara penularan HIV dari satu orang ke orang lain.

Artikel ini akan memberikan panduan mengenai penularan HIV dan menghilangkan kesalahpahaman yang berbahaya yang beredar di masyarakat. Artikel ini juga akan menjelaskan mengapa kelompok orang tertentu lebih mungkin untuk hidup dengan HIV daripada yang lain, dan ada langkah-langkah praktis yang dapat kamu ambil untuk menjaga dirimu tetap negatif HIV — atau, jika kamu hidup dengan HIV, untuk mencegah penularan virus kepada orang lain.

Obat-obatan yang terbukti ampuh dapat membantumu menjalani hidup yang panjang dan sehat. Terkait penularan HIV, kamu tidak perlu takut untuk memeluk, mencium, dan menyentuh orang yang kamu cintai. Kamu tidak akan membuat mereka tertular dengan aktivitas tersebut.

Jika kamu HIV negatif tetapi khawatir menjadi HIV positif, ada beberapa langkah yang dapat kamu lakukan untuk melindungi diri saat berhubungan seks, atau jika kamu menggunakan narkoba suntik. Namun, jangan takut untuk memeluk, mencium, dan menyentuh teman dan orang yang kamu cintai yang hidup dengan HIV. Mereka layak mendapatkan cinta dan kasih sayang darimu.

Dari Mana Asalnya Mitos Tentang HIV?

Awal 1980-an adalah saat yang menakutkan bagi orang yang hidup dengan HIV. Pada musim semi tahun 1983, para ilmuwan telah mengidentifikasi virus yang bertanggung jawab atas penyakit misterius yang disebut acquired immune deficiency syndrome (AIDS), tetapi mereka tidak memahami bagaimana penularannya dari orang ke orang.

Awalnya, beberapa peneliti berspekulasi bahwa infeksi baru ini dapat ditularkan melalui kontak biasa atau bahkan melalui udara, seperti tuberkulosis. Yang lain berteori bahwa virus tersebut mungkin menumpang dengan nyamuk atau serangga lain, seperti malaria.

Pada akhir 1983, para ahli telah mengetahui dengan lebih baik, dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), mencoba untuk meluruskan teori-teori awal yang salah itu. Mereka mengumumkan bahwa virus yang menyebabkan AIDS kemungkinan besar “ditularkan secara seksual atau, lebih jarang, melalui jarum atau darah yang terkontaminasi”, dan bukan “melalui makanan, air, udara, atau permukaan lingkungan (environmental surfaces)”.

Tapi informasi yang salah di awal kemunculan virus itu sudah menyebar luas. Mitos tentang penularan HIV telah mengakar, dan mitos ini terus mempersulit hidup puluhan juta orang yang hidup dengan HIV hingga saat ini di seluruh dunia.

Saat ini kita memiliki pemahaman ilmiah yang kuat mengenai penularan HIV. Kita tahu bahwa HIV hanya dapat ditularkan dalam keadaan yang sangat terbatas, seperti kontak seksual atau berbagi jarum suntik. Kita juga memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang bagaimana viral load — yaitu, jumlah HIV dalam aliran darah seseorang — memengaruhi peluang mereka untuk menularkan virus.

Kamu dapat menggunakan informasi ini untuk mendidik diri sendiri, teman, dan komunitas di sekitarmu tentang risiko nyata penularan HIV.

Bagaimana HIV Bekerja?

Nama ilmiah lengkap untuk HIV adalah human immunodeficiency virus. Itu adalah infeksi yang menyerang sistem kekebalan, dan bekerja seperti berikut:

  • Virus HIV berbentuk seperti bola bowling yang dilapisi semacam paku-paku kecil
  • Setelah HIV memasuki aliran darah, virus tersebut menggunakan paku-paku kecil itu untuk menempel ke sel darah putih (juga disebut sel CD4), yang merupakan garis pertahanan pertama tubuh melawan infeksi.
  • Segera setelah HIV masuk ke dalam sel darah putih, virus menggunakan mesin sel itu sendiri untuk membuat salinan dirinya sendiri, menciptakan penyamaran yang efektif yang menipu sistem kekebalan tubuh untuk membiarkannya tetap berada di sana.
  • Ketika HIV menciptakan lebih banyak salinan dari dirinya sendiri, virus lalu membajak sistem kekebalan tubuh manusia.
  • Sistem kekebalan yang lemah berarti bahwa orang yang hidup dengan HIV yang tidak diobati mulai memiliki segala jenis infeksi yang biasanya tidak akan pernah membuat mereka sakit. Akhirnya, tanpa pengobatan yang tepat, HIV menyebabkan AIDS dan mengancam jiwa.

Obat anti-HIV saat ini telah dirancang untuk mengatasi setiap tahap proses infeksi tersebut. Beberapa obat ini, yang juga disebut antiretroviral, menghentikan lonjakan HIV menempel pada sel CD4. Beberapa jenis obat antiretroviral lainnya menggunakan metode berbeda untuk menghentikan replikasi HIV.

Obat-obatan ini tidak dapat sepenuhnya membasmi virus dari tubuh seseorang, tetapi berhasil melumpuhkan kemampuannya untuk membuat salinan dirinya sendiri.

Di sinilah penting untuk memahami konsep viral load. Ingat, viral load adalah ukuran seberapa banyak HIV di dalam aliran darah seseorang. Untuk kamu yang hidup dengan HIV, ini berarti semakin banyak virus dalam darah, maka semakin besar kemungkinan kamu menularkan HIV ke orang lain jika tidak menggunakan pengaman pada aktivitas yang berisiko menularkan HIV. Dengan mengonsumsi obat anti-HIV, kamu tidak hanya akan memulihkan dan meningkatkan kesehatanmu, melainkan juga mengurangi risiko menularkan virus.

Bagaimana HIV Masuk ke Dalam Tubuh?

Tahukah kamu bahwa ternyata relatif sulit bagi HIV untuk masuk ke dalam tubuh dan mengunci sel darah putih. Virus hanya dapat masuk ke dalam tubuh jika ada kontak intim antara dua orang, yaitu aktivitas seks anal, seks vaginal, atau berbagi peralatan suntik narkoba.

HIV tidak dapat menembus kulit seseorang. Artinya, kamu tidak akan menjadi positif HIV hanya dengan menyentuh cairan tubuh orang yang mengandung HIV, kecuali jika kamu memiliki luka terbuka ketika menyentuh cairan tersebut. Bahkan jika kamu menelan virusnya — katakanlah, dengan memakan makanan yang mengandung jejak HIV di dalamnya — asam di dalam perutmu akan membunuh virus tersebut.

HIV hampir selalu memasuki tubuh melalui salah satu dari tiga cara berikut:

  • Kontak langsung dengan aliran darah, baik melalui luka terbuka atau dengan jarum.
  • Kontak langsung dengan selaput lendir tertentu (membran mukosa) — khususnya, jaringan lunak dan jaringan permeabel di dalam rektum, vagina, penis, dan mulut.
  • Untuk bayi yang baru lahir, pajanan dimungkinkan terjadi selama kehamilan, persalinan, atau sesaat setelah lahir dengan mengonsumsi ASI dari orang HIV-positif.

Untuk orang dewasa, penting untuk diingat bahwa HIV hanya dapat masuk ke tubuh jika terkena luka terbuka, disuntikkan langsung ke aliran darah, atau melewati selaput lendir, biasanya melalui seks anal atau vaginal.

Selain itu, siapa pun yang sedang hamil harus mendapatkan tes HIV. Jika hasilnya positif, dokter dapat membantu ibu hamil tetap sehat dan mencegah bayinya tertular HIV.

Cairan Tubuh Mana Yang Dapat Menularkan HIV?

“Cairan tubuh” adalah istilah yang mengacu pada salah satu cairan yang mengambang di dalam tubuh manusia. Cairan tubuh yang kita bicarakan di sini adalah cairan darah, keringat, air mata, air mani, cairan vagina, urin, dan lainnya.

HIV tidak menyebar ke seluruh tubuh secara merata. Beberapa cairan tubuh mampu menjadi media penularan virus HIV, tetapi sebagian besar tidak dapat menjadi media penularan. Faktanya, HIV hanya dapat ditularkan ke orang lain melalui tiga jenis cairan tubuh berikut:

  • Darah
  • Cairan seksual (termasuk air mani, cairan vagina, dan cairan rektal)
  • ASI

Hanya tiga cairan di atas saja. Cairan lain di tubuh kita tidak dapat menjadi media penularkan virus HIV. HIV tidak dapat ditularkan dari orang ke orang melalui cairan lain seperti air mata, air liur, muntahan, atau feses. Ini adalah poin yang sangat penting tentang penularan HIV yang sering disalahpahami.

Selama beberapa dekade — dan masih terjadi hingga hari ini — banyak orang khawatir mereka mungkin tertular HIV dari dudukan toilet, mungkin dengan menyentuh urin atau kotoran orang yang HIV-positif. Hal ini sama sekali tidak mungkin terjadi.

Orang-orang juga khawatir mereka mungkin tertular virus dari air liur orang HIV-positif yang mencium atau meludahi mereka. Faktanya, ketakutan ini begitu meluas sehingga beberapa negara bagian di Amerika Serikat mempidanakan orang dengan HIV yang meludahi atau menggigit orang lain. Hukum-hukum itu didasarkan pada sains yang ketinggalan zaman.

Lebih jelasnya, dapat membuka link berikut ini terkait hukum negara bagian di Amerika Serikat yang mempidanakan ODHIV yang meludahi atau menggigit orang lain.

Satu-satunya cara untuk menularkan HIV melalui air liur adalah jika orang dengan HIV mengalami gusi atau luka berdarah, dan entah bagaimana air liur berdarah itu masuk ke aliran darah orang HIV-negatif. Namun, para ahli setuju bahwa risiko terjadinya hal ini sangat kecil secara statistik sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Jadi, kesimpulannya adalah:

  • Pada orang dewasa, rute masuk virus yang paling mungkin ke dalam tubuh adalah melalui kontak darah-ke-darah, atau melalui pertukaran cairan seksual.
  • Pada bayi yang baru lahir, HIV dapat ditularkan oleh orang HIV-positif selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. (Secara kolektif, ini disebut, “transmisi perinatal”; kata perinatal berarti sebelum, selama, atau tepat setelah lahir.)

Selanjutnya, kita akan menguraikan cara penularan HIV yang paling umum.

Bagaimana HIV Biasanya Ditularkan Dari Satu Orang ke Orang Lain?

Di Indonesia, kebanyakan orang yang menjadi HIV positif terpapar virus melalui salah satu dari empat cara:

  • Seks
  • berbagi jarum suntik
  • penularan dari ibu ke anak
  • cedera karena jarum suntik yang tidak disengaja (misalnya, oleh pekerja rumah sakit)

Seks dan HIV

Cara paling umum penularan HIV dari satu orang ke orang lain adalah melalui seks penetrasi tanpa kondom. Faktanya, mayoritas infeksi HIV baru di kalangan dewasa muda terjadi dengan cara ini.

Di antara semua jenis seks yang dilakukan, berikut adalah peringkat paling umum dalam urutan risiko HIV, dengan asumsi tidak ada bentuk perlindungan yang digunakan dan orang yang hidup dengan HIV memiliki viral load yang masih terdeteksi:

  1. seks anal reseptif (bottoming): 1,4% per tindakan
  2. penetrasi anal seks (topping): 0,1% per tindakan
  3. seks reseptif dari penis-ke-vagina: 0,08% per tindakan
  4. penetrasi penis-ke-vagina: 0,04% per tindakan

Seks reseptif anal (bottoming) memiliki risiko tertinggi: Menurut perkiraan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), HIV akan ditularkan pada 138 dari setiap 10.000 tindakan ini, dengan asumsi tidak ada tindakan perlindungan lain yang telah diambil. Itu berarti risiko 1,4% per tindakan.

Orang HIV-negatif yang melakukan seks penetrasi anal tanpa kondom (topping) juga dapat tertular HIV; hanya saja secara teknis tidak berisiko seperti bottoming. CDC memperkirakan risiko pada 11 transmisi per 10.000 tindakan, atau 0,1% per tindakan.

Penetrasi seks penis ke vagina juga merupakan metode khas penularan HIV dari orang ke orang. Meskipun secara teknis lebih berisiko bagi orang dengan vagina (pasangan reseptif) daripada orang dengan penis (pasangan insertif), risiko keseluruhannya cukup rendah: 8 per 10.000 tindakan (0,08%) untuk pasangan reseptif dan 4 per 10.000 tindakan (0,04%) untuk pasangan insertif.

Penggunaan Narkoba dan HIV

Cara penularan HIV yang paling umum kedua adalah ketika orang berbagi jarum suntik dan alat suntik lainnya. Meskipun virus HIV tidak dapat bertahan lama di udara terbuka, virus dapat tetap hidup di dalam jarum tipis selama lebih dari sebulan.

Meskipun jumlah infeksi HIV akibat penggunaan alat suntik bersama lebih rendah daripada jumlah infeksi HIV akibat seks, risikonya lebih tinggi: Menurut CDC, sekitar 63 penularan per 10.000 tindakan, atau 0,6%.

Kehamilan dan HIV

HIV juga dapat ditularkan ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau setelah lahir melalui ASI. Ini disebut penularan dari ibu ke anak atau perinatal. Ini sangat jarang terjadi di Amerika Serikat dan negara maju lainnya, di mana pengujian rutin dan standar pengobatan telah membantu meminimalisir infeksi secara drastis.

Namun penularan Ibu ke bayi masih banyak terjadi di Indonesia dengan jumlah 910 anak berusia kurang dari 4 tahun yang terinfeksi HIV, atau sebanyak 1,8% dari total jumlah kasus HIV di Indonesia pada tahun 2019.

Jenis Risiko HIV Lainnya

Cara lain penularan HIV yang kurang umum adalah cedera akibat jarum suntik. Ini biasanya terjadi ketika petugas kesehatan secara tidak sengaja tertusuk oleh jarum suntik bekas atau alat suntik yang mengandung darah HIV-positif. Sekali lagi, ini sangat jarang terjadi.

Tiga puluh tahun yang lalu, transfusi darah dan donor organ adalah cara yang sangat berbahaya bagi beberapa orang untuk tertular HIV. Saat ini, darah dan organ yang didonorkan diuji secara rutin.

Aktivitas Yang Tidak Menularkan HIV

Kamu mungkin baru saja membaca bagian di atas dan berpikir bahwa sepertinya itu daftar singkat cara penularan HIV. Bagaimana dengan nyamuk? Seks oral? Berciuman? Berbagi makanan atau perkakas?

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya dalam artikel ini, ada banyak mitos dan kesalahpahaman tentang penularan HIV. Pada titik tertentu, orang tanpa HIV mungkin khawatir mereka akan terpapar virus. Dan ketika orang-orang ketakutan terhadap kesehatannya, mereka cenderung mulai mencari jawaban di internet.

Di Tanya Marlo, kami telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menjawab pertanyaan tentang ketakutan akan pajanan HIV dan berbicara dengan para ahli tentang realitas risiko HIV. Jadi kami tahu banyak tentang masalah penularan HIV yang cenderung dimiliki banyak orang.

Ini adalah lima ketakutan terbesar tentang penularan HIV yang jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan:

  1. seks oral
  2. berciuman (atau bertukar air liur)
  3. berbagi makanan, minuman, atau perkakas
  4. pijat erotis
  5. nyamuk

Mari kita uraikan masing-masing ketakutan aktivitas di atas dengan lebih detail.

Seks Oral

Meskipun penularan HIV selama seks oral secara teknis dimungkinkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan “sangat sedikit atau tidak ada risiko”.

Alasan seks oral dianggap berisiko menularkan HIV bagi kebanyakan orang adalah karena jika cairan seksual dan darah mengandung HIV, secara biologis memungkinkan untuk menularkan virus selama seks oral jika ada luka di mulut atau di alat kelamin, atau jika ada cairan menstruasi.

Meskipun demikian, sangat sedikit kasus kemungkinan penularan HIV melalui seks oral yang pernah dilaporkan dalam sejarah epidemi HIV AIDS, sehingga sejauh pengetahuan kami, hal itu hampir tidak pernah terjadi.

Jika kita berbicara tentang risiko teoretis, mungkin lebih tinggi bagi orang yang menggunakan mulutnya untuk melakukan seks oral pada penis seseorang. Risiko ini juga mungkin lebih tinggi jika salah satu pasangan memiliki infeksi menular seksual (IMS) lain, seperti klamidia atau sifilis.

Meskipun faktanya penularan HIV melalui seks oral sangat rendah bahkan bisa dibilang tidak berisiko, jika kamu masih khawatir, kamu dapat melakukan seks oral dengan cara:

  1. Memastikan penggunaan kondom.
  2. Memastikan bahwa kamu tidak menerima ejakulasi di dalam mulut.
  3. Perlu juga dicatat bahwa, jika seseorang dengan HIV dalam pengobatan dan viral loadnya tidak terdeteksi, mereka tidak dapat menularkan HIV saat berhubungan seks.

Dan jika orang HIV-negatif menggunakan rejimen pengobatan yang disebut PrEP (kependekan dari pre-exposure prophylaxis atau profilaksis pra pajanan), mereka juga hampir sepenuhnya terlindungi dari infeksi.

Berciuman

Salah satu mitos terbesar tentang HIV adalah bahwa HIV dapat ditularkan melalui ciuman. Hampir tidak ada kemungkinan HIV dapat ditularkan melalui ciuman, karena virus HIV tidak dapat hidup di dalam air liur.

Dalam hal ciuman, HIV tidak dapat ditularkan dari orang ke orang, apakah itu kecupan di pipi atau ciuman menggunakan tindakan lidah-ke-lidah. Satu-satunya cara penularan menjadi mungkin secara teoritis adalah jika kedua pasangan memiliki luka terbuka atau luka di dalam mulut mereka, dan darah dipertukarkan selama ciuman dengan mulut terbuka. Tetapi para ahli mengatakan risiko terjadinya hal ini sangat rendah.

Untuk alasan yang sama, inilah mengapa HIV juga tidak dapat ditularkan melalui orang yang diludahi.

Berbagi Makanan, Minuman, atau Peralatan

Berbicara tentang penularan dari mulut, penjelasan mengapa berciuman bukan merupakan risiko penularan HIV juga berlaku untuk makan dan minum. Itu termasuk setiap jenis cara berbagi makanan atau minuman normal yang dapat kamu pikirkan, termasuk membagi sepiring makanan, minum dari botol air yang sama, dan menggunakan garpu atau sendok yang sama saat berbagi makanan.

Satu-satunya kasus penularan HIV yang terdokumentasi melalui makanan sangat spesifik: Mereka melibatkan makanan yang dikunyah oleh orang dengan HIV dan kemudian diberikan kepada bayi. Namun bisa dikatakan bahwa itu adalah peristiwa yang sangat langka — hanya beberapa kasus yang pernah tercatat — dan kemungkinan besar melibatkan darah yang masuk ke makanan karena orang dewasa yang memiliki kebersihan mulut yang sangat buruk.

Jadi, kecuali kamu berbagi makanan seperti induk burung kepada anaknya, kamu dapat menikmati makanan atau minuman dengan orang yang hidup dengan HIV tanpa perlu  khawatir tertular HIV.

Pijat Erotis

HIV tidak dapat ditularkan melalui tindakan seksual non-penetrasi, seperti pijat, gosokan, atau sentuhan romantis lainnya, baik dilakukan dengan berpakaian lengkap atau pun telanjang bulat.

HIV tidak ditularkan dari kontak kulit ke kulit. Hanya jaringan yang relatif tipis di rektum dan vagina seseorang yang rentan terhadap HIV, dan lagi pula mereka harus secara langsung terpapar dengan darah basah atau cairan seksual dari orang HIV-positif yang memiliki viral load yang masih terdeteksi.

Nyamuk

Kamu tidak mungkin tertular HIV dari nyamuk, kutu, atau serangga penghisap darah lainnya, meskipun serangga itu baru saja menggigit seseorang yang hidup dengan HIV.

Alasannya adalah karena serangga tidak tertular HIV dengan cara yang sama seperti manusia. Mereka bukanlah “inang” yang dicari virus HIV. Serangga itu sendiri tidak pernah menjadi HIV positif. Sebaliknya, darah yang mereka konsumsi dicerna di perut mereka, bersama dengan HIV.

Bahkan jika seekor serangga menggigit orang HIV-positif dan segera setelah itu hinggap ke orang dengan HIV-negatif, darah itu tidak pernah bisa memindahkan darah dari makanan sebelumnya ke inang baru.

Pertanyaan Spesifik Tentang Risiko HIV

Selama tahun-tahun terakhir, kami telah menerima — dan pakar kami telah menjawab — banyak sekali pertanyaan dari orang-orang yang peduli tentang potensi pajanan terhadap HIV. Beberapa di antaranya sangat terinci — tetapi perincian itu tidak mengubah fakta dasar apa pun tentang bagaimana HIV ditularkan dan tidak ditularkan.

Kamu dapat menemukan jawaban untuk hampir setiap pertanyaan yang ada tentang penularan HIV dengan membaca  banyak artikel di situs web Saya Berani. Tapi mari selami beberapa jenis pertanyaan paling umum yang telah kita lihat selama bertahun-tahun:

Kemungkinan Tertular HIV Dari Hubungan Seks Satu Malam (One Night Stand)

Dalam hal penularan HIV, sama sekali tidak relevan apakah seks yang dilakukan itu terjadi pada hubungan satu kali atau dalam hubungan berkali-kali, dengan pekerja seks atau dengan pasangan yang sudah menikah, dengan seseorang yang kamu cintai atau dengan seseorang yang hanya kamu temui sekali saja.

Tetapi ada pertanyaan yang masuk akal untuk ditanyakan perihal kemungkinan tertular HIV pada satu tindakan seksual. Untuk menjawabnya, hal terpenting yang harus diketahui adalah:

  • Apakah orang yang berhubungan seks denganmu hidup dengan HIV? Bagaimanapun juga, kemungkinan tertular HIV dari orang yang tidak memiliki HIV adalah nol persen.
  • Jika pasangan seks kamu adalah orang yang hidup dengan HIV, apakah mereka memakai pengobatan HIV, dan apakah viral load mereka tidak terdeteksi? Jika demikian, maka tidak ada risiko tertular HIV dari mereka.
  • Apakah kamu menggunakan profilaksis prapajanan (PrEP)? Jika demikian, risikonya hampir sepenuhnya dihilangkan.
  • Apakah kamu menggunakan kondom pria atau wanita? Jika digunakan dengan benar, ini juga akan menghilangkan risiko tertular HIV.

Jika orang tersebut hidup dengan HIV, viral load-nya terdeteksi, kamu tidak menggunakan PrEP, dan kamu tidak menggunakan kondom, maka risiko hubungan seks tergantung pada jenis kelamin yang kita bicarakan. Mari kita batasi pada seks vaginal atau anal penetrasi, anggap saja bahwa risiko HIV dari aktivitas seksual lain jauh lebih rendah.

Untuk seks vaginal atau untuk seks anal sebagai pasangan insertif, kemungkinannya sekitar satu dari 1.000. Untuk seks anal sebagai pasangan reseptif (bottom), kemungkinannya sekitar satu dari 100.

Apakah Ada Risiko HIV Dari Pijat Telanjang?

Jika kamu hanya memijat, tanpa hubungan penetrasi atau aktivitas berisiko tinggi lainnya, sama sekali tidak ada alasan untuk khawatir pada HIV.

Umumnya, pijatan melibatkan sedikit atau tidak ada kontak dengan cairan tubuh yang menular. Kamu mungkin bersentuhan dengan air mani atau cairan vagina orang lain, tetapi kamu tidak mungkin bersentuhan dengan darah. Perlu diingat bahwa air liur, air mata, dan urin tidak mengandung HIV dalam jumlah yang dapat menularkan.

Dan tidak cukup hanya bersentuhan dengan cairan yang terinfeksi untuk menjadi terinfeksi. Kulit yang sehat dan tidak rusak tidak memungkinkan HIV masuk ke dalam tubuh; itu adalah penghalang yang sangat baik untuk infeksi HIV. HIV dapat masuk hanya melalui luka terbuka atau melalui kontak dengan selaput lendir di anus dan rektum, vagina, alat kelamin, mulut, dan mata.

Jadi jika pijatan melibatkan seks penetrasi tanpa kondom, cairan tubuh yang menular mungkin bersentuhan dengan selaput lendir di area genital. Tetapi jika itu hanya pijat, tidak mungkin cairan tubuh yang menular masuk ke aliran darah.

Bisakah Kita Tertular HIV/AIDS atau Infeksi Menular Seksual (IMS) Lainnya Saat Melakukan Masturbasi?

Sama sekali tidak ada kemungkinan kamu bisa tertular penyakit menular seksual dari dirimu sendiri. IMS melibatkan kuman (virus dan bakteri) yang menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui aktivitas seksual. Masturbasi hanya melibatkan dirimu dan tanganmu saja. Seseorang tidak dapat memberikan dirinya penyakit yang belum dimilikinya.

Bisakah Tertular HIV/AIDS Dari Darah Seseorang yang Menyentuh Luka Terbuka Di Tubuh Kita?

Penularan HIV sebagai akibat dari darah seseorang yang masuk ke luka atau luka terbuka orang lain secara teoritis mungkin terjadi, tetapi dalam praktiknya hampir tidak pernah terjadi. Hanya segelintir kasus yang pernah didokumentasikan.

Jika seseorang hidup dengan HIV dan mereka memiliki viral load yang terdeteksi, dan darahnya langsung memasuki aliran darah orang lain, HIV dapat ditularkan. Misalnya, penularan HIV yang terjadi ketika orang berbagi jarum suntik.

Namun, penularan HIV setelah adanya kontak terbatas, misalnya darah menyentuh luka terbuka, kemungkinannya jauh lebih kecil.

Jika Kamu khawatir saat kamu bersentuhan dengan darah orang lain, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Jika darah bersentuhan dengan kulit yang tidak rusak dan tidak pecah-pecah, tidak ada risiko HIV sama sekali.
  • HIV tidak ditularkan melalui goresan pada permukaan kulit, seperti tergores ujung kertas.
  • Luka yang sedang dalam proses penyembuhan atau keropeng tidak memungkinkan dimasuki darah orang lain.
  • HIV tidak bertahan lama di luar tubuh, sehingga risiko tertinggal darah pada benda menjadi minimal.
  • Sejumlah kasus penularan HIV yang terdokumentasi adalah kasus perkelahian atau kecelakaan yang berakibat adanya cedera serius dan pendarahan yang banyak.

Dan, tentu saja, patut juga untuk bertanya pada diri sendiri apakah kamu punya alasan untuk percaya bahwa orang yang menumpahkan darah itu hidup dengan HIV. Bagaimanapun, tidak ada cara untuk mengetahui bahwa seseorang positif HIV hanya dengan melihat penampilan fisiknya.

Bisakah Kita Tertular HIV/AIDS Dari Dudukan Toilet?

HIV ada di dalam darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu. Untuk membuat infeksi, salah satu dari empat cairan tubuh dengan HIV di dalamnya harus bersentuhan langsung dan segera dengan aliran darah atau selaput lendir orang lain karena virus tidak dapat bertahan lama di luar tubuh yang mana oksigen dapat menghancurkan virus.

Jika salah satu dari empat cairan tubuh itu ada di dudukan toilet, maka kemungkinannya adalah:

  • Oksigen mungkin akan menghancurkan HIV sebelum orang lain duduk di toilet yang terpapar cairan yang berpotensi menularkan virus.
  • Orang yang duduk di dudukan toilet tidak memaparkan aliran darah atau selaput lendir ke cairan di dudukan itu sehingga tidak ada mode penularan yang potensial.

Jika kamu menemukan dudukan toilet dengan darah atau cairan tubuh lain yang berpotensi menularkan, pastikan dudukan tersebut dibersihkan dengan benar sebelum orang lain menggunakannya, untuk alasan kebersihan umum. Tapi jangan khawatir tentang kemungkinan penularan HIV.

Apakah Analingus/Rimming Dapat Menularkan HIV?

Analingus atau rimming adalah aktivitas seks dengan cara menjilat anus seseorang. Meskipun tidak ada kasus penularan HIV yang terdokumentasi dari aktivitas analigus atau rimming atau di-rimming, ada sejumlah IMS signifikan lainnya yang dapat dengan mudah ditularkan melalui rimming, termasuk hepatitis A, herpes, dan parasit usus.

Kamu dapat menurunkan risiko dengan menggunakan dam gigi (dental dam barrier) atau pembungkus platik (plastic wrap). Mengenai apakah akan melakukan rimming atau tidak, hanya kamu yang bisa memutuskan tingkat risiko apa yang mau kamu ambil. Setidaknya sekarang kamu sudah mendapatkan faktanya.

Konselor Marlo bisa bantu menjawab pertanyaan tentang bagaimana mengakses layanan HIV dan pengobatan HIV.

Konselor Marlo bisa membantumu untuk menjelaskan tentang informasi dasar HIV, tempat melakukan Tes HIV, dan hal lain yang berhubungan dengan HIV & AIDS.