Erijadi Sulaeman (Kang Ery)
Melihat resume seorang Erijadi Sulaeman, awam mungkin tidak akan mengira bahwa pria kelahiran Bandung 52 tahun silam ini telah hidup bersama HIV selama hampir 20 tahun lamanya. “Saya dinyatakan positif HIV pada tahun 2000, dan kemungkinan tertular karena latar belakang sebagai pecandu NAPZA terutama heroin, yang digunakan dengan suntik dan sering kali kami berbagi jarum suntik yang tidak steril,” papar Kang Ery, panggilan akrabnya.
Sebagaimana ODHIV lainnya yang sempat merasa down tatkala dinyatakan positif HIV, Kang Ery pun tidak kebal dari perasaan demikian. “Melewati masa-masa krusial dan masa-masa sulit ketika dinyatakan sebagai ODHIV adalah saat terberat yang pernah saya alami,” kenangnya. Namun, selaiknya pemenang kehidupan, Kang Ery memacu dirinya untuk tetap bersemangat, dan ia bertekad menikmati hari-hari dengan cara yang berkualitas serta elegan untuk berkontribusi membantu kehidupan orang lain.
Maka, tiga tahun kemudian, ketika Kang Ery mulai mengonsumsi antiretroviral (ARV) — saat itu ARV mulai tersedia di Indonesia pada tahun 2003 — ia pun aktif mengikuti pelatihan mengenai HIV dan tes HIV di Bali, termasuk pelatihan konselor dan bahkan ia turut menghadiri Kongres AIDS Internasional di Bangkok, Thailand.
Diakui Kang Ery tidak mudah mengatasi efek samping dari obat ARV yang dikonsumsinya. Tapi karena ia cukup rajin berkonsultansi ke dokter dan mendorong dirinya sendiri untuk membaca literatur yang terkait ARV, ia bisa melewati saat-saat sulit itu. Kegigihan Kang Ery untuk terus mengonsumsi ARV apapun yang terjadi, lantaran ia sadar bahwa tidak banyak pilihan untuk tetap bisa hidup selayaknya orang sehat selain mengonsumsi ARV yang bisa menekan virus HIV hingga tidak terdeteksi.
Dan seperti kami sebutkan di atas, resume Kang Ery tidak kalah padatnya dengan mereka yang tidak terinfeksi HIV. Setelah bertahun-tahun aktif memfasilitasi pelatihan dan seminar untuk ranah HIV dan AIDS di berbagai tempat, termasuk menjadi konselor untuk pecandu NAPZA, pada 2011 Kang Ery diberi mandat sebagai direktur Yayasan Generasi Bisa Indonesia (GERASA) sejak 2011.
Yayasan yang memfokuskan diri pada penanganan isu-isu terkait pecandu NAPZA dan HIV & AIDS juga pendampingan para ODHIV ini, telah berkolaborasi dengan berbagai lembaga seperti Polda Bali, BNN Bali, P2TP2A dan banyak yang lainnya untuk mencegah epidemi HIV dan AIDS di kalangan pecandu NAPZA.
ARV Adalah Sahabat Terbaik
Tak pelak, Kang Ery terbilang cukup sibuk dan produktif dalam menjalani hidupnya. “Saya punya semangat untuk tetap bisa menjalani kehidupan, dan saya anggap ARV adalah sahabat dan obat terbaik yang bisa menjaga tubuh saya tetap sehat,” tegas Kang Ery yang mengandalkan alarm agar bisa mengonsumsi ARV tepat waktu yakni pada pukul 10 pagi dan pukul 10 malam. “Dan setiap saya hendak mengonsumsi ARV, ini seperti waktunya untuk bertemu dengan sahabat terbaik saya,” demikian kiat Kang Ery.
Berbicara tentang perundungan dan tindakan diskriminasi yang kerap ditujukan kepada ODHIV, Kang Ery memiliih untuk terus bekerja, beraktivitas, dan memberi kontribusi yang positif bagi kehidupan orang lain terutama dengan kegiatannya di isu HIV dan adiksi NAPZA dan kehidupannya pribadi sebagai ODHIV dan mantan pecandu. “Biarkan orang lain yang melihat dan menilai saya melalui kegiatan-kegiatan tersebut,” ujar Kang Ery.
“Dan virus HIV di tubuh ini saya anggap sebagai stimulan untuk penambah semangat dan pengingat saya menjalani hari-hari, virus HIV sebagai alarm buat diri saya menghargai kehidupan dan menyayangi diri sendiri,” demikian Kang Ery mengakhiri pembicaraan.
(via: sayaberani.org)
Untuk kalian yang baru didiagnosis HIV, jangan khawatir. Kalian akan baik-baik saja.
Kamu bisa chat dengan Marlo untuk nanya-nanya, ngobrol, dan diskusi lewat LINE.