Physical Barriers

Physical barriers alias kontrasepsi fisik tuh ibarat “tameng” yang ngahalangin ketemu langsung antara penis + cairannya sama vagina/frontal opening, serviks, dan rahim. Jadi, spermanya nggak bisa seenaknya masuk.

Yang paling terkenal sih kondom (internal & external), tapi ada juga diafragma, cervical cap, spermisida, sampai spons kontrasepsi. Kabar baiknya, beberapa metode ini juga bisa nge-reduce risiko penularan infeksi menular seksual (IMS).

💜 Internal Condom (Kondom Cewek)

Terbuat dari polyurethane, kondom ini dipasang di dalam sebelum hubungan intim, bisa stay sampai 8 jam.

Kelebihan:

  • Bisa turunin risiko IMS.

  • Lebih kuat & jarang robek dibanding kondom luar.

  • Latex-free ➝ aman buat yang alergi lateks.

  • Bisa dipasang jauh sebelum main, jadi nggak ganggu foreplay.

Kekurangan:

  • Susah dicari di pasaran.

  • Harganya lebih mahal.

  • Ring luarnya kadang bikin nggak nyaman.

  • Bisa muncul bunyi “pop” yang agak ganggu 😅.

💙 External Condom (Kondom Cowok)

Nah ini sih the classic! Paling sering dipakai. Terbuat dari lateks tipis, dipasang pas penis udah ereksi. Super efektif kalau dipakai dengan benar.

Kelebihan:

  • Efektif banget cegah kehamilan & IMS.

  • Murah & gampang dicari (minimarket aja ada).

Kekurangan:

  • Kadang pas lagi “momennya” malah nggak ada stok.

  • Ada yang bilang bikin sensasi berkurang.

  • Bisa ganggu flow foreplay.

  • Lateks bisa bikin alergi.

👉 Tips:

  • Kalau mau stop pakai kondom, diskusikan dulu sama dokter & cek kesehatan bareng (tes IMS).

  • Selalu ready-in kondom (apalagi kalau habis party/ada alkohol).

  • Pakai lube berbasis air/silicone biar aman & nggak gampang robek. Hindari oil-based (baby oil, lotion, vaseline ❌).

  • Tambahin 1–2 tetes lube di dalem kondom buat ekstra nikmat 😉.

🌸 Diaphragm & Cervical Cap (Diafragma dan Tutup Serviks )

Bentuknya kayak mangkok kecil, terbuat dari lateks/silikon, diisi spermisida, terus dipasang di vagina max 3 jam sebelum seks. Wajib stay di dalam 6–12 jam setelahnya.

Kelebihan:

  • Bisa dipakai ulang.

  • Nggak pake hormon.

  • Nggak ganggu foreplay.

  • Bisa beli tanpa resep.

Kekurangan:

  • Bisa bikin iritasi kalau alergi lateks/spermisida.

  • Ribet pas pasang (butuh latihan).

  • Kurang efektif kalau aturan waktu nggak dipatuhi.

  • ❌ Nggak melindungi dari IMS.

👉 Cara Pasang:

  1. Cuci tangan 🧼.

  2. Oles spermisida ke alatnya.

  3. Posisi nyaman (rebahan/squat/satu kaki di kursi).

  4. Lipat jadi bentuk “C” ➝ masukin ke vagina ➝ pastiin nutup serviks.

👉 Cara Lepas:

  1. Cuci tangan.

  2. Posisi nyaman.

  3. Cari rim ➝ kait pake jari ➝ tarik pelan.

  4. Cuci & simpan bersih.

💦 Spermisida

Kontrasepsi kimia yang bikin sperma lemes & mati. Bentuknya foam, cream, gel, film, sampai suppository. Biasanya dipakai bareng diafragma/cervical cap.

Kelebihan:

  • Non-hormonal.

  • Bisa dibeli bebas (tanpa resep).

Kekurangan:

  • Kalau dipakai sendiri ➝ kurang efektif.

  • Bisa bikin alergi/iritasi.

  • Efeknya cuma 1 jam.

  • ❌ Nggak lindungi dari IMS.

🧽 Spons kontrasepsi

Bentuknya kayak spons bulat, bahannya polyurethane plus udah direndam spermisida. Dipasang di vagina, bisa proteksi sampai 30 jam.

Kelebihan:

  • Bisa beli bebas, no dokter needed.

  • Simple & nggak kelihatan.

  • Non-hormonal.

  • Nggak ganggu foreplay.

Kekurangan:

  • Efektivitas lebih rendah dibanding metode lain.

  • Bisa bikin nggak nyaman pas pasang.

  • Alergi spermisida mungkin terjadi.

  • ❌ Nggak lindungi dari IMS.

👉 Cara Pasang:

  1. Cuci tangan.

  2. Posisi nyaman.

  3. Masukin spons sampe ke serviks.

  4. Cek pake jari biar pas.

👉 Cara Lepas:

  1. Cuci tangan.

  2. Rileksin otot.

  3. Cari ring ➝ kait pake jari ➝ tarik keluar pelan.

🎯 Kesimpulan:

Setiap metode ada plus minusnya. Kuncinya ➝ pilih yang cocok sama kamu & pasangan, sambil tetep mikirin proteksi IMS. Safe sex = smart sex! ✨🛡️