Image by Freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Risiko human immunodeficiency virus (HIV) melalui hubungan seks anal atau dubur tanpa pelindung terlihat sangat tinggi, yaitu 18 kali lebih besar daripada hubungan seksual melalui vagina.
Alasan mengapa seks anal lebih berisiko, yaitu:
- Struktur jaringan dubur lebih rapuh, yang memungkinkan virus mengakses langsung ke aliran darah melalui robekan kecil atau lecet.
- Porositas jaringan rektal memberikan akses bahkan saat tidak rusak.
- Konsentrasi HIV yang tinggi dalam air mani dan cairan pra-seminal, yang menggandakan risiko infeksi dengan setiap peningkatan satu log (satu digit) pada viral load orang tersebut (jumlah virus yang dapat dideteksi pada orang yang terinfeksi).
Struktur jaringan dubur lebih rapuh, yang memungkinkan virus mengakses langsung ke aliran darah melalui robekan kecil atau lecet.
Selain itu, sekresi darah dari jaringan rektum yang rusak dapat meningkatkan risiko pasangan top, memberikan virus rute penularan melalui uretra dan jaringan yang melapisi kepala penis (terutama di bawah kulup). Risiko penularan juga semakin meningkat jika pasangan top tidak disunat.
Strategi untuk Mengurangi Risiko
Seperti halnya cara penularan HIV lainnya, pencegahan memerlukan kombinasi strategi agar lebih efektif yaitu dengan cara:
- Mengurangi infektivitas pasangan HIV-positif
- Kurangi kerentanan pasangan HIV-negatif
- Bukti saat ini menunjukkan bahwa penggunaan terapi antiretroviral (ART) secara konsisten pada pasangan yang terinfeksi HIV sepenuhnya menghilangkan risiko penularan HIV ketika aktivitas virus disupresi ke tingkat yang tidak terdeteksi.
Pengurangan risiko juga dapat dilakukan dengan penggunaan profilaksis pra pajanan (PrEP) untuk orang yang tidak terinfeksi diresepkan dengan dosis harian obat HIV (emtricitabine dan tenofovir). Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika diminum setiap hari, PrEP mengurangi risiko tertular HIV dari seks sekitar 90%.
Cabotegravir adalah opsi PrEP yang lebih baru. PrEP jenis injeksi ini diberikan sebagai suntikan yang diberikan setiap dua bulan kepada pasangan yang tidak terinfeksi dan telah terbukti sangat mengurangi risiko infeksi.
Meskipun angka-angka ini mungkin menunjukkan bahwa kondom tidak lagi diperlukan, baik pengobatan HIV maupun PrEP tidak dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Jadi tetap gunakan kondom jika kamu tidak mengetahui riwayat kesehatan seksual pasangan kamu.
Jika kamu yakin telah terpapar HIV, melalui seks anal tanpa kondom, ada obat yang dapat mengurangi risiko infeksi, yang disebut sebagai profilaksis pasca pajanan (PEP). PEP terdiri dari rangkaian obat antiretroviral selama 28 hari, yang harus diminum sepenuhnya dan tanpa henti. Untuk meminimalkan risiko infeksi, PEP harus dimulai sesegera mungkin, idealnya dalam satu hingga 36 jam setelah pajanan.