Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Jika kamu penggemar tayangan film streaming Neflix, mungkin kamu sudah tak asing dengan serial biografi dengan rating tinggi berjudul “Dahmer – Monster: The Jeffrey Dahmer Story”, yang menceritakan seorang ‘monster’ pembunuh berantai bernama Jeffrey Dahmer.
Dikisahkan, laki-laki kelahiran 21 Mei 1960 ini adalah seorang pembunuh berantai dan pelaku kejahatan seksual asal Amerika Serikat. Pada 28 November 1994 di Lapas Columbia Correctional Institution, Dahmer tewas setelah dianiaya oleh para penghuni sel lainnya.
Tak sekadar membunuh, Dahmer juga disebut-sebut melakukan hubungan seksual dengan jasad korbannya.
Dahmer dituntut dengan tuduhan sebanyak 17 pembunuhan. Namun, polisi hanya mampu membuktikan 15 kasus di antaranya. Sidang yang berlangsung selama dua minggu sejak 30 Januari 1992 menjatuhkan hukuman penjara selama 15 tahun dikali seumur hidup, yakni 957 tahun lamanya.
Tak sekadar membunuh, Dahmer juga disebut-sebut melakukan hubungan seksual dengan jasad korbannya. Tak pelak, Dahmer merupakan mengidap nekrofilia, yaitu kelainan seksual dimana seseorang merasa bergairah jika berhubungan seks dengan orang yang sudah mati atau dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kematian. Kondisi ini masuk sebagai salah satu jenis parafilia.
Nekrofilia adalah suatu kelainan seksual yang membuat pengidapnya menikmati berhubungan seksual dengan mayat. Istilah ini berasal dari kata nekros yang berarti mayat dan philia yang berarti cinta dalam bahasa Yunani.
Kelainan ini masuk sebagai salah satu jenis parafilia. Parafilia adalah perilaku seks yang ditandai dengan munculnya fantasi seksual terhadap barang atau sesuatu yang tidak biasanya yang bisa meningkatkan hasrat seksual seseorang.
Sejarah awal nekrofilia
Hingga saat ini, nekrofilia tidak dimasukkan sebagai kelainan mental tersendiri di dalam pegangan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental Edisi Kelima (DSM V). Kondisi ini, hanya ditulis sebagai bagian dari parafilia. Meski begitu, kelainan memiliki ketertarikan seksual dengan mayat, telah terdokumentasi sejak ratusan tahun yang lalu, mulai dari zaman Yunani kuno.
Para pengidap nekrofilia bisa mendapatkan akses tubuh manusia yang sudah meninggal dengan berbagai cara, seperti:
- Menggali kuburan
- Mendapatkan akses ke kamar mayat atau tempat kremasi
- Membunuh orang
Perlu diketahui, nekrofilia tidak berkaitan dengan gangguan mental lain seperti depresi atau skizofrenia. Namun, diambil dari riwayat orang-orang nekrofilik yang ada, beberapa dari mereka memang mengidap depresi dan skizofrenia jenis vampirisme dan kanibalisme.
Penyebab munculnya nekrofilia hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Namun menurut Katherine Ramsland, seorang ahli psikologi yang melakukan penelitian soal kondisi ini mengungkapkan bahwa dari para nekrofilik yang pernah ia wawancarai, mereka memiliki alasan yang berbeda-beda hingga bisa tertarik dengan tubuh yang sudah tidak bernyawa.
Salah seorang perempuan yang bekerja di rumah duka pernah mengungkapkan padanya bahwa ia melakukan hubungan seks dengan mayat karena dengan begitu, dirinya merasa lebih aman.
Perempuan itu merupakan korban pelecehan seksual, bahkan pemerkosaan ketika masih berusia sangat muda. Oleh karena itu menurutnya, berhubungan seks dengan tubuh yang sudah tidak bernyawa lebih membuatnya tenang, karena tubuh itu tidak akan bisa menyakitinya.
Sementara Dahmer mengklaim bahwa dorongannya untuk membunuh dan berhubungan seksual dengan mayat, dimulai sekitar usia 14 tahun. Ketidakharmonisan pernikahan orangtuanya dan proses perceraian yang sengit beberapa tahun kemudian, yang diperkirakan menjadi katalisator dari pemikiran emosionalnya menjadi tindakan nyata. Selanjutnya, ia mulai melakukan kebiasaan minum yang tidak terkendali dan suatu hari ia telah membunuh korban pertamanya.