Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Sobat Marlo, semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa profilaksis pra pajanan (PrEP), metode pencegahan HIV yang memerlukan dosis harian obat Tenofovir dan Emtricitabine, ternyata sangat efektif dalam mengurangi risiko terinfeksi HIV.
PrEP adalah obat yang sangat penting juga bagi kaum muda seperti kita, karena rentan terinfeksi HIV. Sayangnya, PrEP masih kurang dimanfaatkan di kalangan remaja usia 13 hingga 24 tahun, karena ketika kita berbicara tentang pencegahan HIV, kita juga berbicara tentang seks. Kebanyakan orang tua kita dan sebagian besar dokter tidak ingin memikirkan tentang remaja yang berhubungan seks.
Hambatan tambahan untuk akses PrEP yaitu stigma.
Banyak dokter enggan membahas seks atau pencegahan HIV, karena merasa tidak nyaman membahas topik tersebut kepada anak di bawah umur atau kurangnya pelatihan yang tepat. Dokter yang menolak untuk menangani kesehatan dan pencegahan seksual melakukan tindakan merugikan bagi kaum muda. Tanpa dukungan dari dokter, remaja dapat ditolak akses ke alat pencegahan yang bisa menyelamatkan nyawa mereka.
Hambatan tambahan untuk akses PrEP yaitu stigma.
Orang muda juga mungkin merasa malu jika aktivitas seksual dan status HIV mereka diketahui oleh teman dan keluarga; atau mereka mungkin menghadapi tindakan homofobia atau transfobia karena persepsi yang salah bahwa PrEP hanya untuk LSL yang aktif secara seksual.
Salah satu cara untuk mengatasi stigma adalah dengan mengedukasi remaja, orang tua dan petugas kesehatan tentang seksualitas, orientasi seksual, dan pencegahan HIV dan IMS. Ketika remaja dan petugas kesehatan sama-sama dipersenjatai dengan informasi yang benar tentang PrEP, mereka dapat berdiskusi jujur tentang seks dan pencegahan HIV dan edukasi juga akan membantu menormalkan PrEP sebagai bagian rutin dari perawatan kesehatan untuk mencegah infeksi HIV.