Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Skrining HIV mandiri atau SHM adalah tes HIV yang melibatkan pengumpulan spesimen sendiri, yaitu berupa cairan mulut. Dengan menggunakan alat skrining HIV, kamu bisa menetahui apakah tubuhmu terinfeksi HIV atau tidak.
Tapi, apakah hasil SHM selalu akurat?
Ada situasi ketika hasil SHM mungkin tidak akurat, yaitu pada situasi dan kondisi seperti berikut:
- Pada orang dengan diagnosis HIV yang sedang menjalani pengobatan HIV. Tes ini bukanlah cara yang dapat diandalkan untuk memastikan bahwa kamu masih memiliki infeksi HIV.
- Pada orang yang menggunakan profilaksis pra pajanan (PrEP) atau profilaksis pasca pajanan (PEP). Jika mereka tertular HIV, mereka mungkin memiliki respons antibodi yang tertunda, yang memperpanjang periode jendela.
- Ketika instruksi tes tidak diikuti dengan benar – misalnya tidak cukup darah yang dikumpulkan.
Dengan menggunakan alat skrining HIV, kamu bisa menetahui apakah tubuhmu terinfeksi HIV atau tidak.
Apa maksud dari hasil tes tersebut? Ada tiga kemungkinan hasil tes:
- Negatif (juga dapat digambarkan sebagai ‘non-reaktif’). Tes tidak menemukan bukti infeksi HIV. Kamu mungkin tidak terinfeksi HIV.
- Reaktif (sering salah digambarkan sebagai ‘positif’ oleh produsen). Tes uji telah bereaksi terhadap suatu zat dalam darah kamu. Ini tidak berarti bahwa kamu HIV positif. Ini berarti kamu perlu melakukan lebih banyak tes untuk memastikan hasilnya. Tes tambahan ini paling baik dilakukan di fasilitas kesehatan karena mereka memiliki akses ke teknologi tes HIV yang paling akurat.
- ‘Tidak tentu’, ‘tidak jelas’ atau ‘tidak valid’. Hasil tes tidak jelas. Artinya, perlu dilakukan tes kembali.