Image by Freepik
Penulis: Sinta Tiara Rini
Editor: Andriano Bobby
Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Alhasil, infeksi virus ini memberikan peluang besar untuk berbagai bakteri, virus, dan penyebab infeksi lainnya menyerang tubuh kita.
Seseorang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu membutuhkan pengobatan, loh. Meskipun demikian, orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi penggunaan alat suntik dengan orang lain.
HIV merupakan virus yang menyerang dan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah sel dari sistem kekebalan tubuh yang melawan infeksi. Hilangnya sel CD4 ini menyulitkan tubuh untuk melawan infeksi dan keganasan yang disebabkan oleh jenis Human Immunodeficiency Virus tertentu.
Hilangnya sel CD4 ini menyulitkan tubuh untuk melawan infeksi dan keganasan yang disebabkan oleh jenis Human Immunodeficiency Virus tertentu.
Lalu, apa itu AIDS?
Nah, AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena kekebalan tubuh yang menurun yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang, maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker.
Kondisi ini bisa juga disebut ketika sel CD4 sudah benar-benar rusak sehingga kekebalan tubuh seseorang sangat rentan sekali terjadi infeksi penyakit menular lainnya.
Gejala HIV dan AIDS
Seseorang yang terkena virus HIV tidak menunjukkan gejala apapun, namun masih dapat menularkan virusnya kepada orang lain. Virus ini membutuhkan waktu 2 sampai 15 tahun hingga bisa memunculkan gejala.
Gejala pertama dari Human Immunodeficiency Virus mirip dengan infeksi virus lainnya, yaitu:
- Demam
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Nyeri otot
- Kehilangan berat badan secara perlahan
- Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha.
Berikut adalah berbagai gejala AIDS yang dapat muncul:
- Sariawan yang ditandai dengan adanya lapisan keputihan dan tebal pada lidah atau mulut. Sariawan ini disebabkan oleh infeksi jamur.
- Infeksi jamur vagina yang parah atau berulang.
- Penyakit radang panggul kronis.
- Infeksi parah dan sering mengalami kelelahan ekstrem yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan mungkin muncul bersamaan dengan sakit kepala dan atau pusing.
- Turunnya berat badan lebih dari 5 kg yang bukan disebabkan karena olahraga atau diet.
- Lebih mudah mengalami memar.
- Diare yang lebih sering.
- Sering demam dan berkeringat di malam hari.
- Pembengkakan atau mengerasnya kelenjar getah bening yang terletak di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha.
- Batuk kering yang terus menerus.
- Sering mengalami sesak napas.
- Perdarahan pada kulit, mulut, hidung, anus, atau vagina tanpa penyebab yang pasti.
- Ruam kulit yang sering atau tidak biasa.
- Mati rasa parah atau nyeri pada tangan atau kaki.
- Hilangnya kendali otot dan refleks, kelumpuhan, atau hilangnya kekuatan otot.
- Kebingungan, perubahan kepribadian, atau penurunan kemampuan mental.
Jadi, bagaimana cara melindungi diri dari HIV dan AIDS?
Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi HIV. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), National Institutes of Health, dan sumber lainnya, infeksi HIV dapat dicegah dengan:
- Hindari penggunaan narkoba, apalagi berbagi jarum suntik dengan orang lain.
- Jangan menjadi donor bila positif HIV. Jika seseorang dinyatakan positif HIV, maka dirinya tidak diperbolehkan mendonorkan darah, plasma, organ tubuh, atau sperma.
- Terapkan praktik seks yang aman. Misalnya, menggunakan kondom lateks untuk mencegah infeksi HIV. Selain itu, hindarilah untuk bergonta-ganti pasangan seks.
- Sunat pada lekaki. Terdapat beberapa studi dan bukti yang mengatakan bahwa sunat pada pria dapat membantu mengurangi risiko tertular HIV.
- Hindari kontak dengan darah. Infeksi HIV juga bisa dicegah dengan menghindari kontak dengan darah. Bila tak memungkinkan, kenakan pakaian pelindung, masker, dan kacamata saat merawat orang yang terluka.
- Tes HIV secara rutin. Tes HIV sebaiknya dilakukan oleh tiap individu, terutama di usia 13 – 64 tahun (terutama aktif secara seksual, pekerja medis, atau orang yang rentan terkena), sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan secara rutin.
- Ibu hamil yang terinfeksi HIV harus berbicara dengan dokter mengenai risiko terhadap janin. Mereka harus mendiskusikan metode untuk mencegah bayi terinfeksi, seperti minum obat antiretroviral selama kehamilan.
- Lakukan post-exposure prophylaxis (PEP) atau profilaksis pasca pajanan jika kamu pernah terpajan HIV. Jika kamu merasa telah terpapar melalui seks, jarum suntik, atau di tempat kerja, segera hubungi dokter atau pergi ke unit gawat darurat. PEP adalah bentuk perawatan untuk mencegah HIV, yang biasanya dilakukan setelah terjadi tindakan-tindakan yang berisiko menyebabkan HIV. Lakukanlah PEP sesegera mungkin dalam 72 jam pertama, karena prosedur ini dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV. Dalam perawatan PEP, seseorang nanti akan diberikan obat-obatan yang perlu dikonsumsi kira-kira selama 28 hari.